Kamis, 22 November 2007

SEJARAH PT. Panasonic Electronic Devices Indonesia

Tahun 1954



Terinspirasi oleh semangat Nasionalisme untuk
membuat sebuah alat komunikasi bagi sebuah
negara baru, Indonesia, Drs. H.Thayeb Moh.‘Gobel’
mendirikan PT Transistor Radio Manufacturing
di Cawang, Jakarta, yang menjadi pelopor dari
pabrik transistor radio yang disebut dengan “Tjawang”.


Tahun 1957


Drs. Thayeb Moh.‘Gobel’ menerima
beasiswa Colombo Plan. Saat itu ia
sedang melanjutkan studi di Jepang
dimana ia bertemu dengan Mr.Konosuke
Matsushita, pendiri dari Matsushita
Electric Industrial Co., Ltd.

Tahun 1960


Penandatanganan Perjanjian Kerjasama
Teknikal antara PT Transistor Radio
Manufacturing dan Matsushita Electric
Industrial Co., Ltd. (Jepang).

Tahun 1962


Berdasarkan Perjanjian Kerjasama
Teknikal tersebut, PT Transistor
Radio Manufacturing memproduksi
televisi tanpa warna pertama di
Indonesia, yang bertujuan untuk
memungkinkan masyarakat Indonesia
menonton Asian Games (Jakarta).
Produk pertama diberikan kepada
Ibu negara, Ibu Fatmawati Soekarno .

Tahun 1970


Mendirikan PT National Gobel
(Perangkat Elektronik Rumah Tangga).

Tahun 1974


Mendirikan PT. Met Gobel,
sebuah pabrik lokal yang menunjang
aktifitas perdagangan dan
produk-produk impor dari
Matsushita ke Indonesia.
Mereka mengimpor baik produk-
produk elektronik kebutuhan
konsumen dan produk-produk
elektronik kebutuhan kerja,
seperti alat-alat elektronik
penyiaran dan pabrik, yang
tidak diproduksi oleh PT. National Gobel.

Tahun 1979


Mendirikan Matsushita Gobel
Education Foundation (Yayasan
Pendidikan). Misinya adalah
untuk meningkatkan kecerdasan
dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Tahun 1981


Drs.H.Thayeb Moh. ‘Gobel’ menerima
penghargaan Kun Santo Zuikosho dari
Pemerintah Jepang atas usahanya
untuk membangun dan memelihara
hubungan diplomatik bilateral antara
Jepang dan Indonesia dalam
bidang sosial budaya, komunikasi,
dan perdagangan.

Tahun 1985


Menerima penghargaan “Upakarti”
dari Pemerintah Indonesia
atas usahanya menunjang
wiraswastawan menengah kebawah.

Tahun 1987


Mendirikan PT Matsushita Gobel
Battery Industry (manggan,
lithium, koin, senter).

Tahun 1990


Masa ini ditandai dengan perkuatan
Matsushita Gobel Group.
Sejumlah banyak pabrik dan
perusahaan retail didirikan.

Tahun 1991


PT National Panasonic Gobel
(Satu-satunya agen retail
NABEL dan MGBI) PT
Matsushita Kotobuki Electronic
Indonesia (mengekspor VCR,
CD-ROM, dan TV) .

Tahun 1992-1993


PT Batam Matsushita Battery
(Batere NICAD) PT Panasonic
Gobel Electronics Components
(komponen keramik, speaker,
produk induktif, dan produk-
produk terkait lainnya) Bersama
dengan Matsushita Electric
Works, Ltd. mendirikan PT
Matsushita Gobel Electric
Works Manufacturing (fikstur
pencahayaan, komponen, alat
perkabelan).
PT Matsushita Denko Gobel
(retail dan distribusi MABEL)

Tahun 1995-1996


PT Matsushita Electronic Components
PT Matsushita Semiconductor
Indonesia (semikonductor, mikrochip)
PT Matsushita Lighting Indonesia

Tahun 1998


MEI mendirikan PT Matsushita
Kotobuki Electronics Peripherals
Indonesia (MKPI) di Batam
yang merakit produk-produk
tambahan untuk komputer.

Memberikan kontribusi untuk
kualitas dan profesionalisme
Televisi Indonesia dengan
mengadakan Panasonic Awards
sejak 1997.


Bersama dengan Fakultas
Kesehatan Universitas
Indonesia menyediakan
pusat pelayanan kesehatan
dan fasilitas-fasilitas untuk
masyarakat industri sekitar.

Tahun 2000


Perpanjangan hubungan kerjasama
Matsushita-Gobel
dalam PT National Gobel.


Bersama dengan Iwan Tirta
mendukung pelestarian Kerajinan
Batik Tradisional.


Memberikan sumbangsih untuk
pengembangan sumber daya
manusia melalui Beasiswa Panasonic
dan National Gobel yang dibagi
menjadi dua kategori: untuk
mahasiswa S1 di Indonesia dan
mahasiswa S2/S3 di Jepang.

Tahun 2003


Kunio Nakamura, direktur MEI,
menerima “Bintang Jasa Pratama”,
Keberhasilan Pemerintah Indonesia
yang tertinggi untuk Industri Swasta
Jepang atas usahanya mengembangkan
industri Indonesia


Tahun 2005

Perubahan Nama dari PG COM
(Panasonic Gobel Electronic
Components menjadi PEDIDA
(Panasonic Electronic Devices Indonesia)


Tahun 2006

Gobel menarik seluruh sahamnya
di PT.PEDIDA (Panasonic Devices Indonesia)


September 2007

PT.PEDIDA dinyatakan ditutup
"sangat tragis nasibnya"
Perusahan yang ketika masih
bernama PG COM ditahun
2003 pernah menjadi perusahaan
terbaik se Jawa Barat, telah
berkontribusi secara
terus-menerus menyumbangkan
profit dari TH 1993 s/d TH 2003
diatas 10% dengan Total Sales
Amount U$ 131 million/Tahun,
cuma hanya alasan produk sudah
ketinggalan jaman ditutup begitu saja.
Ironi dan tidak logis bagi sebuah
Perusahaan
yang bernaung dibawah ketiak
Matshusita Group berlebelkan
Nama Besar Panasonic yang
memiliki ribuan
produk baru tidak bisa share/
transfer produk ke PGCOM/PEDIDA
Harusnya Pemerintah melek mata
dengan alasan penutupan
PGCOM/PEDIDA tersebut.....

Sudahkan Pemerintah sebelum
mengeluarkan siaran Pers-nya
menggunakan analisa
5W 1H, Why....Why....Why.....dengan
dilengkapi Tree Diagram +
Fisbone Diagram dan
methode-methode lainnya..............

Ini Tantangan buat Komponen
Bangsa,..........................................



Rabu, 21 November 2007

PT Sharp Electronic Indonesia tidak berencana hengkang dari Indonesia

| 10-11-2007 |

JAKARTA – Keputusan Toshiba dan Panasonic yang menutup pabriknya di Indonesia tak membuat perusahaan elektronik Jepang lainnya, PT Sharp Electronic Indonesia melakukan hal yang sama. Sharp menilai pasar Indonesia masih sangat potensial untuk penjualan produk elektronik. “Kami menganggap Indonesia sangat penting, maka dari itu kami tidak pernah berpikir untuk meninggalkan negeri ini,” ujar Vice President for Sales and marketing, Sadanobu Shindoh dalam launching Information Display Panel, kemarin (9/11).

Menurutnya, penutupan pabrik Toshiba dan Panasonic di Indonesia tidak terkait dengan iklim bisnis di negeri ini, akan tetapi lebih kepada segmen pasar yang telah berubah. Shindoh menilai perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan perbaikan yang signifikan. Kondisi industri manufaktur di Indonesia juga terus menerus mendapat insentif dari pemerintah.

Dari segi pasar, Sharp menilai besarnya jumlah penduduk membuat Indonesia menjadi incaran produsen elektronik dunia. “Masyarakat di dalam negara berkembang membutuhkan banyak perlengkapan elektronik yang sophisticated,” terangnya.

Sementara, mengenai kenaikan harga minyak dunia yang telah menembus USD 96 per barel, Shindoh mengaku hal itu sangat berpengaruh dalam industri manufaktur. Namun begitu, dalam produksi Sharp kenaikan itu pengaruhnya kecil, hanya membebani biaya distribusi. Ia mengaku Sharp tidak akan menaikkan harga produk karena hal itu. “Produk-produk Korea seperti Samsung dan LG harganya sangat murah, jadi kita harus bisa bersaing dalam segi harga,” tandasnya.

Dua pabrik milik anak perusahaan Matsushita di Indonesia, yaitu, PT Panasonic Electronic Devices Indonesia (PEDIDA) dan PT Matshushita Toshiba Pictures Devices Indonesia akan merelokasikan pabriknya ke Jepang. Kedua pabrik yang memproduksi komponen elektronik untuk televisi itu akan menutup pabrik tabung televisi di Cibitung dan Cikarang, Jawa Barat karena teknologi pabrik komponen itu dianggap sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.(jpnn)

Matsushita Lakukan Strategi Global Industri elektronik

Matsushita Lakukan Strategi Global Industri elektronik saat ini cenderung menggunakan teknologi tinggi. JAKARTA -- Gabungan Elektronik (Gabel) menilai penutupan pabrik PT Panasonic Electronic Devices Indonesia (Pedida) di Cibitung, Bekasi, sebagai bagian dari strategi bisnis produsen elektronika asal Jepang, Matsushita Electric Industrial Co. Ltd. Hal tersebut ditegaskan Ketua Gabel untuk urusan ASEAN dan Jepang, Heru Santoso, di Jakarta, kemarin (28/9). ''Sekarang sedang terjadi perubahan secara gencar di industri elektronik. Industri ini sekarang cenderung menggunakan teknologi tinggi,'' ujar Heru. Perubahan tersebut, jelas Heru, perlu didukung oleh investasi dalam jumlah yang besar. ''Jadi kalau pabrik Panasonic di Cibitung ini tutup, saya melihatnya sebagai strategi bisnis untuk memfokuskan investasi di negara mereka,'' paparnya. Ia mencontohkan strategi bisnis yang diambil oleh dua perusahaan elektronika asal Korea Selatan, Samsung dan LG. Untuk produk-produk yang menggunakan teknologi tinggi, kedua produsen tersebut, kata Heru, memilih untuk memproduksinya di negara sendiri

Solidaritas Untuk Anggota FSPMI Yang Di-PHK Karena Penutupan Perusahaan

Solidaritas Untuk Anggota FSPMI Yang Di-PHK Karena Penutupan Perusahaan
Kontribusi dari KASBI

Tuesday, 30 October 2007

GALANG PERSATUAN KELAS PEKERJA, LAWAN PHK =AMBIL-ALIH, KELOLA PERUSAHAAN OLEH BURUH DAN NASIONALISASI INDUSTRI

Salam Solidaritas.

Penutupan tiga perusahaan di Bekasi, lokasi anggota FSPMI berada secara serempak yaitu : PT Nippon Glass (Negi),
PT Matsushita –Toshiba Picture Display Indonesia (MTPDI) dan PT Panasonic Electronic Devices Indonesia
(Pedida) kesemuanya adalah Penanaman Modal Asing (PMA) Jepang, hanyalah bagian kecil dari begitu besar problem
yang dihadapi kaum buruh. Khusus untuk penutupan perusahaan, pemerintah (negara) tidak memiliki respon dan
tanggung jawab semestinya. Ini bisa kita lihat pada periode Juli-September 2007 juga cukup banyak penutupan
perusahaan, tempat anggota KASBI berada-seperti PT Tiara Lilin di Jakarta Selatan, PT. Sinar Rezeki Makmur Perkasa,
PT Istana Magnoliatama dan PT Honey Lady di Jakarta Utara, PT Titan di Karawang dan masih banyak lagi yang belum
terungkap.

Pabrik tutup, pengusaha kabur, sistem kerja kontrak dan outsourcing adalah satu skema yang terencana dari sistem
NEOLIBERALISME yang diterapkan di Indonesia dan negara-negara berkembang. Penerapan sistem ini melalui aturan
atau undang-undang oleh negara untuk mengatur dan menekan kaum pekerja/buruh, seperti yang telah ada di
antaranya: UUK 13/2003, UU PPHI No.02/2004, Inpres 03/2006, PERPU No.1 tahun 2007 tentang FTZ/KEKI, dan RUU
Pesangon. Kebijakan sistem ekonomi internasional dengan didukung sepenuhnya oleh kekuasaan politik negara telah
menjual rakyat Indonesia khususnya buruh pada jurang kemiskinan dan kesengsaraan. Ini bisa kita lihat dalam satu
tahun terakhir peningkatan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35 juta menjadi 39 juta orang dan angka
pengangguran meningkat dari 10,58 % menjadi 11,1 %. Kondisi tersebut didapat dari angkatan kerja lulus sekolah dan
tenaga kerja yang di-PHK.

Kita telah pahami, proses penutupan pabrik dan PHK berujung pada penerapan sistem kerja kontrak-outsourcing adalah
upaya untuk membuat tenaga kerja lemah posisinya (Kertas posisi penelitian FPBN tentang sistem kontrak, 2005).
Kebijakan flesibelitas yang diterapkan oleh pemodal dengan perangkat pendukungnya adalah untuk mendapatkan
kemudahan tenaga kerja murah dan mudah diganti tanpa resiko biaya. Pada ujungnya, selain kesejahteraan dan
kepastian kerja yang hilang, kekuatan kolektivitas buruh dalam serikat buruh akhirnya lemah dan menghilang. Inilah
ancaman besar kita, kelas pekerja.

Kebijakan neoliberalisme yang terus merenggut kemerdekaan kaum buruh dan seluruh Rakyat Indonesia, bukan saja
mengantar manusia sebagai barang dagangan. Tetapi juga telah menempatkan buruh sebagai budak di negeri sendiri
yang tidak lagi memiliki masa depan. Ironisnya kondisi ini didukung sepenuhnya oleh rezim penguasa SBY-JK melalui
kebijakan-kebijakannya (lihat RPJM SBY-JK 2004-2009 dan aturan turunannya, seperti UU Proppenas, Inpres dan
revisi/pembuatan UU). Perilaku rezim sesungguhnya telah mengingkari UUD 1945, khususnya pasal 33 dan pasal 27.
Membiarkan rakyatnya terlantar dan hidup dalam kemiskinan serta kesengsaraan dengan dalih demi investasi adalah
pelanggaran berat hak asasi manusia. Investasi asing bukanlah dewa, bukanlah malaikat penyelamat dan bukanlah satusatunya

solusi dalam menggerakkan industri dan perekonomian dalam negeri kita. Keterampilan dan kemampuan kelas
pekerja indonesia telah teruji dalam menjalankan roda industri dan ekonomi negara dari segala situasi. Modal besar
tersebut bisa menjadi pilar pokok dalam membangun kekuatan industri dan ekonomi dalam negeri dengan ditopang
kekuatan modal dari potensi-potensi yang ada sekarang, seperti akumulasi keuangan di PT Jamsostek serta BUMN
lainnya.

www.prp-indonesia.org
http://www.prp-indonesia.org Powered by Joomla! Generated: 21 November, 2007, 15:18

Tentunya keadaan ini tidak bisa dibiarkan oleh Kelas Pekerja Indonesia. Kelas pekerja harus menyusun kekuatan dan
menentukan sikap serta menyiapkan bentuk perlawanan yang lebih maju. Sikap mendukung revisi UUK 13/2003,
mendukung RPP Pesangon, mendukung elit partai politik konservatif-borjuis adalah sebuah watak oportunis yang tentu
harus kita buang jauh-jauh dari pikiran, hati dan praktek kita. Saat ini dibutuhkan keberanian di antara serikat
buruh/pekerja untuk berani menggalang kekuatan dan bersatu, berani melawan secara bersama setiap kebijakan rezim
yang merugikan dan berani menentukan sikap politik dengan melandaskan kekuatan dan kepentingan kelas pekerja.

Dengan mendasarkan kondisi yang dihadapi kelas pekerja hari ini, yakni maraknya PHK karena penutupan perusahaan,
khususnya yang dihadapi anggota FSPMI. Kami dari KASBI (Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia) menyatakan
sikap sebagai berikut :

1. Mendukung semua usaha perlawanan Anggota FSPMI ( Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia) dalam
memperjuangkan hak-haknya.
2. Menuntut negara bertanggung jawab dan menyelesaikan secepatnya kasus-kasus ketenagakerjaan, menghukum
pengusaha dan aparat yang melanggar hukum.
3. Mengajak kawan-kawan serikat pekerja/buruh untuk menggalang Persatuan Kelas Pekerja untuk melawan PHK yang
sewenang-wenang.
4. Bentuk Komite Penyelamatan, Pengambilalihan dan Pengelolaan Perusahaan oleh buruh. Perusahaan-perusahaan
yang tutup harus diambil alih oleh serikat buruh dan dijalankan kembali dengan dikelola bersama oleh buruh dengan
negara menjadi fasilitatornya.

Saatnya nasib kita tidak kita serahkan kepada orang lain, saatnya kita membangun industri dari kekuatan yang telah kita
miliki untuk kemaslahatan umat.

Jakarta, 25 Oktober 2007

Salam Rakyat Pekerja,


Beno Widodo


Sekjend

KASBI (Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia)

Congress of Indonesia Unions Alliance

Jl.Gading IX/12, RT 11/10, Pisangan Timur, Jakarta 13230, Indonesia

Depperin Utus Delegasi Ke Matsushita Jepang

Sabtu, 3/11/2007 - 18:06 WIB
Depperin Utus Delegasi Ke Matsushita Jepang


JAKARTA - Departemen Perindustrian (Depperin) meminta agar principal Matsushita Electric Industrial Co, Ltd asal Jepang tetap menanamkan invetsaisnya di Indonesia. Langkah ini dilakukan untuk menggairahkan sektor riil dalam negeri.

“Saya sudah suruh pak Budi (Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika) untuk kirim delegasi agar Matsushita tetap mengembangkan produk TV digitalnya di sini,” kata Menteri Perindustrian Fahmi Idris di Jakarta, belum lama ini.

Pemerintah kata dia, minta agar Matsushita Electric Industrial Co, Ltd asal Jepang dapat mengganti teknologi terbarunya dengan mengembangkan lini produknya TV digitalnya seperti LCD atau plasma di Indonesia.

Meski demikian hingga kini Matsushita belum memberikan kepastian. “Katanya dia (MTPDI) harus tunggu keputusan di Tokyo,” ujarnya.

Menurut Fahmi, hengkangnya perusahaan patungan PT Matsushita Toshiba Picture Display Indonesia (MTPDI) lebih disebabkan akibat peralihan teknologi. Selama ini lanjut Fahmi, Matsushita memproduksi televisi jenis tabung (cathode ray tube/CRT), sementara teknologi televisi telah beralih ke era digital.

Hal ini menyebabkan permintan pasar untuk jenis TV tabung secara global menurun drastis, termasuk di Indonesia.
Akibatnya kata dia, Matsushita menutup fasilitas pabriknya di Indonesia. “Memang ada sejumlah negara yang masih menggunakan TV tabung seperti di India dan sejumah negara di Afrika,” katanya.

Mengenai tutupnya pabrik PT Panasonic Electronic Devices Indonesia (Pedida) di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat Fahmi berkomentar, saat ini Pedida tengah berkonsentrasi untuk mengembangkan Electronic Devices yang berbasiskan teknologi digital di Batam.

Teknologi terbaru ini terdiri dari enam lini produk salah satunya adalah loud speaker. “Dia memusatkan unit produksinya di Batam,” kata Fahmi.

Menruut Fahmi, perusahaan itu sudah seharusnya melakukan pengalihan teknologi yang sesuai dengan tuntutan pasar, hingga tidak perlu hengkang dari Indonesia.

Sementara Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Deperin Budi Dharmadi mengatakan, penutupan pabrik itu tidak terkait dengan iklim investasi di Indonesia.

”Teknologi yang sudah tidak sesuai untuk dikembangkan dan efisiensi, menjadi penyebab utama penutupan pabrik itu,” katanya.


(Whisnu Bagus / Sindo / rhs)

Minggu, 18 November 2007

Hengkangnya PT Sanyo Jaya Componen Indonesia (SJCI)

Jum'at, 31 Maret 2006 12:09 WIB
AKSI BURUH PT SANYO BERLANJUT
Unjuk rasa buruh PT Sanyo.

Metrotvnews.com, Depok: Unjuk rasa dan mogok kerja ribuan buruh PT Sanyo di kawasan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, hingga kini masih berlanjut. Di hari ketiga aksi, Jumat (31/3), ribuan buruh produsen alat-alat elektronik ini terus mendesak manajemen perusahaan untuk menaikkan upah mereka. Dalam aksi hari ini, para buruh sempat memaksa petugas keamanan pabrik membuka pintu masuk yang terkunci agar para pekerja lainnya dapat ikut berdemo.

Para buruh menuntut kenaikan upah karena berdasarkan perjanjian kerja bersama, kenaikan upah seharusnya sudah harus direalisasikan bulan Januari silam. Menurut para buruh, untuk tahun 2006 ini, mereka berhak menerima kenaikan upah minimal sebesar 16,54 persen. Besaran kenaikan ini sesuai dengan tingkat inflasi dan indeks harga konsumen Kota Depok. Namun, pihak manajemen PT sanyo hanya menyanggupi kenaikan upah sebesar 13 persen. Akibatnya, para buruh terus berunjuk-rasa menuntut kenaikan upah minimal 16,54 persen.(DEN)


Ribuan buruh Sanyo mogok, minta naik gaji
‘Itu mogok ilegal’

Berita Lainnya
• Pelebaran Margonda tahap I dimulai
• Antara Cinere & Cibubur…
• Kepsek diadukan ke polisi


DEPOK, MONDE: Sekitar 4.000 karyawan PT Sanyo Jaya Components Indonesia (PT SJCI) menggelar aksi mogok kerja dan unjuk rasa di dalam pabrik yang terletak di Jalan Raya Bogor Km 35, Cimanggis.

Massa yang menggelar aksi sejak pukul 06.00 itu menuntut pihak perusahaan menepati janji memberikan kenaikan upah berkala setiap tahunnya sesuai perjanjian kerja bersama (PKB) pasal 46.

Dalam aksinya, Rabu, ribuan buruh Sanyo yang sebagian besar (70 persen) adalah perempuan menyayikan yel-yel “buruh bersatu tak bisa dikalahkan”, “solidarity forever” dan menyayikan lagu “Maju Tak Gentar” dengan penuh semangat.

Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Elektronik-Elektrik Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia PT SJCI, Iswan Abdullah mengatakan, biasanya pada tahun-tahun sebelumnya pihak perusahaan selalu menepati janji. Tapi tahun ini belum dilakukan.

“Padahal sesuai PKB seharusnya ada kenaikan upah yang dilaksanakan per 1 Januari,” tandasnya.

Sebenarnya, lanjut Iswan, aksi mogok kerja ini merupakan akumulasi dari upaya yang telah dilakukan pihak pekerja. Sebab, perundingan demi perundingan telah dilakukan dengan pihak manajemen hingga akhirnya dead lock alias buntu.

“Selain itu, kami juga sudah membawa permasalahan ini ke bidang pengawasan Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kota Depok pada 3 Februari lalu.”

Selanjutnya, Disnakersos telah mengeluarkan nota pemeriksaan yang berisi agar perusahaan melaksanakan isi PKB tersebut. “Namun hingga kini surat itu tidak direspon perusahaan,” kata Iswan.

Alasannya, lanjut dia, perusahaan berdalih kondisi Sanyo di seluruh dunia sedang mengalami kerugian mencapai 233 miliar Yen. “Perusahaan sebenarnya sudah mengajukan proposal sebesar 21 juta Dolar AS kepada Sanyo pusat. Tapi tidak dialokasikan untuk kenaikan upah, melainkan untuk rasionalisasi,” katanya.

Iswan menegaskan, para karyawan akan terus menggelar aksi mogok kerja sampai pihak perusahaan meloloskan tuntutan karyawan. “Sebelumnya aksi ini sudah kita laporkan kepada wali kota Depok, DPRD, Polrestro, Polsektro Cimanggis, dan Disnakersos Depok pada 20 Maret lalu.”

Pantauan Monde, aksi berlangsung damai di lapangan parkir pabrik. Massa tampak duduk-duduk di tengah lapangan sambil mendengarkan orasi. Sementara aparat kepolisian dari Polestro Depok dan Polsektro Cimanggis berjaga-jaga di dalam dan luar pabrik.

Ilegal

Sementara itu, PT Sanyo melalui kuasa hukumnya dari Farida Law Office, Ike Farida menyatakan, mogok kerja yang dilakukan ribuan karyawan Sanyo saat ini adalah ilegal. Itu berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 dan UU No 2 Tahun 2004.

Menurut Farida, alasan mogok kerja tersebut dikategorikan sebagai tindakan tidak sah karena mogok kerja diumumkan dalam masa tenggang waktu untuk memberikan jawaban atas anjuran mediator.

“Pemberitahuan mogok tidak memenuhi syarat material yang diatur dalam peraturan perundangan-undangan ketenagakerjaan,” ujarnya sebagaimana rilis yang diterima Monde, Rabu.

Berdasarkan PKB dan undang-undang yang berlaku, kata Farida, pekerja yang berpartisipasi dalam mogok kerja dapat kehilangan pekerjaannya, karena melakukan mogok kerja ilegal.

“Mogok kerja ilegal tidak hanya berdampak negatif bagi kedua belah pihak, tetapi juga bagi iklim investasi di Indonesia. Akibat mogok ilegal ini lebih memperburuk keadaan PT Sanyo.”(apk/sb)


Ratusan Pekerja PT SJCI Resah, Terancam PHK
Sebagian Besar Karyawan Sudah Dirumahkan
DEPOK, (PR),-
Ratusan karyawan yang bekerja di PT Sanyo Jaya Componen Indonesia (SJCI) yang berlokasi di Jln. Raya Jakarta-Bogor, wilayah Kec. Cimanggis, Kota Depok, resah. Mereka terancam terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan beberapa di antaranya kini sudah dirumahkan.

Seorang buruh yang mengaku sudah bekerja selama dua tahun mengaku waswas dengan nasibnya. ”Saya benar-benar cemas karena untuk mencari pekerjaan lain sekarang ini sangat sulit,” ujar seorang buruh yang tak mau disebut namanya.

Rencana PHK besar-besaran itu dibenarkan Wakil Sekretaris I Serikat Pekerja Metal Industri Pimpinan Unit Kerja SPMI PUK), PT SJCI, Maxie, Rabu (15/2). Bahkan, surat pemberitahuan rencana PHK tersebut sudah ada dan sudah disosialisasikan kepada para pekerja sejak 17 Januari 2006.

Sejak dikeluarkannya surat pemberitahuan tersebut, para pekerja mulai resah. Namun, Maxie tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah pekerja yang akan di PHK itu. "Yang jelas ada ratusan orang, bahkan mungkin bisa mencapai 750 orang. Yang sudah dirumahkan ada ratusan orang," katanya.

Rencana rasionalisasi oleh perusahaan itu, kata Maxie, akan ditentang para pekerja. Akan tetapi, bentuk perlawanan para pekerja tersebut tidak akan melakukan demo atau unjuk rasa, tetapi dengan menggunakan jasa pengacara. "Kami tidak akan melakukan unjuk rasa, tapi akan melalui advokasi," katanya.

Ketua Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Elektroik Elektrik (PUK-SPEE) PT SCJI, Iswan Abdullah juga membenarkan kabar itu.

Menurut dia, manajemen telah mengeluarkan dan mengumumkan kebijakan itu kepada pekerja. Kebijakan itu untuk pegawai tetap dalam rangka rasionalisasi. Pihaknya menolak dikatakan kebijakan itu dikeluarkan tanpa membicarakan terlebih dahulu dengan serikat pekerja.

Serikat pekerja menolak rasionalisasi itu, karena manajemen belum melakukan upaya -upaya lain untuk mengatasi persoalan ini.

Upaya-upaya itu, lanjut Iswan, tertuang dalam SE Menaker No. 907/Men /THI/PTHI/X/2004 yang berisi, perusahaan harus melakukan upaya-upaya sebelum pemutusan hubungan kerja.

Upaya tersebut antara lain, mengurangi upah dan fasilitas pekerja tingkat atas seperti direktur dan manajer. Mengurangi shift kerja pegawai, membatasi kerja lembur, jam kerja, merumahkan pekerja secara bergilir, tidak memperpanjang pegawai kontrak, dan memberi pensiun bagi pegawai yang memenuhi syarat.

Sementara itu, Dina Sawitri dari Staf Personalia PT SJCI juga membenarkan rencana PHK dari perusahaan tersebut. Rasionalisasi itu dilakukan sebagai salah satu upaya agar PT. SJCI tetap eksis dan tetap berada di Indonesia.

Rasionalisasi terpaksa dilakukan karena PT SCJI tengah menghadapi masalah. Antara lain, menderita kerugian terus menerus dan harus melunasi utang-utangnya secepat mungkin. (D-7) ***




Sanyo Tidak akan Hengkang dari Indonesia


Minggu, 3 Juli 2005
JAKARTA (Suara Karya): PT Sanyo Indonesia akan tetap beroperasi dan tidak ada rencana untuk menutup pabriknya di Indonesia. PT Sanyo bahkan akan meningkatkan produksinya.

Dirjen Industri Alat Angkut dan Telematika, Departemen Perindustrian (Depperin), Budi Darmadi mengungkapkan hal ini menanggapi rencana Sanyo Electric yang akan melakukan konsolidasi perusahaan-perusahaannya di dunia, termasuk di Indonesia. "Mereka tidak ada rencana tutup, bahkan katanya produksi dan televisi sudah mendapat pesanan hingga tahun 2007," kata Budi di Jakarta, kemarin.

Hal itu, kata Budi, dikemukakan salah satu eksekutif Sanyo di Indonesia ketika dikonfirmasi pihak Depperin terkait pemberitaan dari kantor pusat Sanyo di Jepang yang akan melakukan konsolidasi perusahaan-perusahaannya di sejumlah negara, salah satunya di Indoensia.

Menurut Budi, Sanyo saat ini bahkan berencana meningkatkan kapasitas produksi kamera digital dari 4 juta per tahun menjadi 6 juta tahun ini. "Peningkatan produksi digital camera merek Sanyo tersebut dilakukan. Sebaliknya produksi VCD atau DVD akan dihentikan," katanya.

Dengan demikian, Budi meragukan Sanyo akan melakukan penutupan pabriknya di Indonesia. "Saya pikir Sanyo Indonesia tidak akan tutup," ujarnya.

Sementara itu, Sekjen Depperin, Agus Tjahajana, walaupun rencana penutupan itu benar, hal itu adalah bagian dari strategi global perusahaan internasional dalam rangka efisiensi. "Jadi bukan karena iklim usaha kita yang tidak kondusif," katanya.

Ia mencontohkan yang dialami Mitsubishi Indonesia yang bukan hengkang ke luar negeri, tapi karena tidak bisa bersaing dengan perusahaan otomotif sejenis sehingga menutup sementara produksi mobil sedan dan minibus-nya di Indonesia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Sanyo Electric akan segera menutup pabriknya di beberapa negara termasuk Indonesia. Penutupan itu merupakan bagian dari rencana Sanyo untuk memangkas sepuluh persen karyawannya di seluruh dunia dalam beberapa tahun mendatang. Rencana Sanyo tersebut diungkapkan oleh Harian Jepang Nihon Keizai Shimbun, seperti dilansir AFP, Jumat (1/7/2005).

Selain melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya di Jepang, Sanyo juga berniat mem-PHK karyawan di sejumlah negara dalam rangka konsolidasi, termasuk menutup pabriknya di Cina, Indonesia dan negara lainnya. Sanyo berharap bisa membantu karyawannya memperoleh kembali pekerjaan di negara lain, dan juga menawari program pensiun dini.

Dengan memangkas tenaga kerja, Sanyo berencana untuk memfokuskan produksinya pada baterai-baterai tenaga surya dan bisnis-bisnis lain yang lebih menjanjikan di bidang energi dan sekitarnya, serta bidang elektronik digital.

Investasi Baru


Sementara itu, investasi baru di sektor industri elektronik siap masuk ke Indonesia. Hingga akhir tahun 2004, sembilan perusahaan baru mengantongi izin usaha tetap dengan total investasi 29,168 juta dolar AS dan Rp 20,8 miliar. "Untuk tahun 2005, terdapat delapan perusahaan dengan status izin persetujuan penanaman modal dan satu izin persetujuan prinsip," kata Budi.

Menurut Budi, masalah pindah atau hengkangnya beberapa industri elektronik dari Indonesia beberapa tahun terakhir bukan karena sudah tidak kondusifnya iklim investasi di Indonesia.

Budi mengatakan, kepindahan beberapa industri elektronik dari Indonesia lebih dikarenakan masalah bisnis yang keputusan penyelesaiannya berada di tangan prinsipal yang berdomisili di Jepang. "Tutupnya beberapa industri elektronik di Indonesia beberapa tahun lalu bukan karena bisnis yang dijalankan di Indonesia sudah tidak menguntungkan. Sebagian besar penutupan dikarenakan keputusan kantor pusat perusahaan itu," kata Budi.

Seperti diketahui, ke-9 perusahaan yang mengantongi izin pada tahun 2004 adalah PT Olex Cables Indonesia (Rp 18,3 miliar), Tika Buana (Rp 2,5 miliar), Philip Ralin Elektronik (9,3 juta dolar AS), Marten Intec Indonesia (8,1 juta dolar AS), Rubicon Indonesia (3 juta dolar AS), Dharmala Luks (4,9 juta dolar AS), Toyocom Indonesia (368.000 dolar AS), AMC Bintan (1,4 juta dolar AS), dan Korea Orient Technlogy Indonesia (2 juta dolar AS).

Sementara tahun 2005, delapan perusahaan yang mendapat izin penanaman modal adalah Team Metal Indonesia (1,86 juta dolar AS), PT Scarmel Batam (450.000 dolar AS), PT Kageo Elektronik Indonesia (2,6 juta dolar AS), Indonesia Wireless Telecommunication (370.000 dolar AS), PT Prime Electrical Indo Batam (400.000 dolar AS), PT Nuritech Electronic (200.000 dolar AS), PT Mirio Indonesia (800.000 dolar AS), dan PT Fine Precision (400.000 dolar AS).

PT Global Elctrical Mandiri (1 juta dolar AS) pada tahun 2005 memperoleh izin persetujuan prinsip. Secara total, investasi pada tahun 2005 mencapai 7,987 juta dolar AS. Pada tahun 2004 dan 2005, terdapat 32 perusahaan yang melakukan perluasan dengan investasi 184 juta dolar AS. (Andrian)


Ribuan Buruh Sanyo Mogok Kerja
Selasa, 05 September 2006 | 11:44 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:
Sedikitnya 1800 buruh PT Sanyo Indonesia di kawasan East Jakarta Industrial Park (EJIP) Plot IA nomor 1-2 kecamatan Cikarang, Kabupaten Bekasi, mogok bekerja, hari ini.

“Kami menuntut pencabutan skorsing terhadap tiga pengurus serikat pekerja PT Sanyo,” kata Zainuddin, wakil serikat pekerja. Dia termasuk korban skorsing.

Mogok total dilakukan sebagai aksi solidaritas. Mereka melihat keputusan perusahaan itu dilakukan tanpa melalui mekanisme Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Tiga Pengurus serikat pekerja diskorsing karena terlibat paksi unjuk rasa pada April 2005 yang lalu. Waktu itu kami menuntut penyesuaian upah sesuai UU nomor 13. Padahal saat itu sesuai nota kesepakatan dengan perusahaan, tidak akan ada Pemutusan Hubungan Kerja,” tambah Zainuddin.

Sejak pukul 07.30 WIB para buruh menolak masuk ke divisi masing-masing. Praktis tiga divisi, yakni administrasi, kompresor, dan produk rumah tangga, tidak beroperasi.

Para buruh memilih berada di luar area PT Sanyo sambil membentangkan spanduk dan berorasi. Rencananya aksi itu akan berlanjut sampai tanggal 11 September atau sampai tuntutan dipenuhi.

Penyebab Hengkangnya PT Sony Electronic Indonesia

Langkah Awal PT.Sony Electronic Indonesia mulai diikuti oleh Panasonic Group, dengan alasan yang sama

Sony dan Problematika "Footloose Industry"

Oleh: Agus Widarjono


--------------------------------------------------------------------------------

MENURUT perwakilan Sony Indonesia, pada Maret 2003 Sony Corp Jepang akan menutup pabrik audio, PT Sony Electronics Indonesia (SEI) dan merelokasinya ke Malaysia atau China. Kini PT SEI mempekerjakan sekitar 1.500 orang dengan nilai produksi sekitar 15 milyar yen per tahun.

Penutupan PT SEI merupakan strategi global perusahaan elektronik Jepang guna efisiensi, karena kian kompetitifnya industri elektronika dunia, ditambah banjirnya produk elektronik Cina, setelah negeri Tirai Bambu itu menjadi anggota WTO. Upaya efisiensi dilakukan dengan menutup cabang-cabang pabriknya yang berlokasi di seluruh dunia. Hingga kini, Sony Corp mempunyai anak cabang 70 perusahaan dan diciutkan menjadi 55 perusahaan. Artinya, ada penciutan 15 anak cabang, salah satunya PT SEI yang berlokasi di Indonesia.

Rencana Sony untuk hengkang sebenarnya sudah dikemukakan lama. Penyebabnya, April 2000 terjadi mogok kerja hampir satu bulan, melibatkan 900 buruh dari total 1.500 karyawan. Aksi mogok ini dipicu perubahan sistem kerja di perusahaan, dari posisi duduk menjadi berdiri. Perubahan sistem ini terpaksa dilakukan agar produk sesuai keinginan konsumen. Bagi pekerja, sistem ini terasa berat sehingga mereka menuntut kompensasi lebih besar. Perusahaan sendiri telah menggaji buruh jauh di atas UMR, namun buruh tetap meminta kompensasi tambahan Rp 6.200 per hari.

"Footloose industry"

Sebagian besar penanaman modal asing (PMA) bersifat footloose industry, seperti tekstil, sepatu, dan elektronika. Footloose industry merupakan jenis industri yang didirikan dengan hanya mempertimbangkan biaya produksi murah di lokasi baru, dan lokasi pabriknya mudah dipindah kenegara lain tanpa menanggung kerugian berarti atas investasi yang sudah ditanam.

Masa booming PMA di Indonesia pada jenis industri ini, terjadi sejak tahun 1985, dengan dua sebab. Pertama, saat itu Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi amat pesat sehingga menurut Bank Dunia diklasifikan sebagai keajaiban Asia (Asia Miracle). Pemerintah sendiri mengubah proses industrialisasi dari strategi substitusi impor ke promosi ekspor. Resultantenya menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan investasi menarik.

Kedua, pada saat bersamaan terjadi relokasi besar-besaran industri Asia seperti Jepang, Taiwan, Korea, maupun Hongkong. Relokasi ini terjadi karena biaya produksi di dalam negeri mengalami kenaikan cukup signifikan sehingga produk yang dihasilkan tidak lagi kompetitif. Kenaikan upah buruh menjadi salah satu faktor kenaikan biaya produksi. Kawasan untuk relokasi industri adalah negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Sebagai pembuat elektronika terbesar di dunia, Sony juga merelokasi pabriknya ke berbagai negara di kawasan ASEAN yang menawarkan upah buruh relatif rendah. Indonesia sebagai negara yang mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) di industri yang berbasis tenaga kerja, merupakan pilihan lokasi yang tepat bagi Sony. Sebagai gambaran, komponen biaya produksi industri elektronika di Indonesia relatif rendah, hanya 5 persen 5,2 persen dari total biaya per unit. Sementara Thailand dan Malaysia, masing-masing 11 persen 13 persen, dan 20 persen 23 persen. PT Sony Indonesia akhirnya didirikan tahun 1992 dengan investasi awal 20 juta dollar AS.

Di Amerika Utara, juga terjadi hal yang sama, saat perdagangan bebas NAFTA (North American Free Trade Area) diberlakukan tahun 1993. Banyak perusahaan komputer dari AS memindah lokasi pabriknya ke Meksiko. Salah satu pertimbangannya, tingginya biaya produksi komponen komputer, akibat tingginya upah di AS. Industri komponen komputer merupakan industri padat karya sehingga lebih baik diproduksi di Meksiko yang menawarkan upah buruh murah.

Mengapa hengkang?

Relokasi besar-besaran footloose industry di Indonesia sebelumnya telah terjadi pada kasus industri tekstil dan sepatu dengan tujuan Vietnam. Dengan hengkangnya Sony berarti sudah merambah ke industri elektronik yang notabene cukup penting karena memberi nilai tambah (value added) lebih besar dibanding industri padat karya lainnya. Setelah merasa kondisi investasi di Indonesia tidak lagi favorable, Sony kembali akan merelokasi pabriknya ke tempat yang lebih favorable.

Penutupan PT SEI, merupakan akumulasi kekecewaan para inivestor asing atas kondisi investasi secara umum di Indonesia. Persoalan cukup kompleks, namun ada beberapa penyebab utama. Pertama, dari kacamata pengusaha, pemicunya gerakan buruh yang kian menguat. Unjuk rasa buruh dengan tuntutan kenaikan upah sering terjadi bahkan acap diiringi tindakan destruktif. Akibatnya, kelancaran produksi pabrik terganggu dan perusahaan mengalami kerugian.

Kedua, masalah klasik, rumitnya urusan birokrasi pemerintah dengan aneka pungutan tidak resmi. Menurut penelitian yang dilakukan di kawasan industri Karawang dan Bekasi, pungutan tidak resmi ini cukup besar. Ketika pabrik didirikan, sudah harus membayar pungutan mulai izin prinsip, izin lokasi, IMB, maupun uang partisipasi pembangunan. Selama beroperasi ada pungutan meliputi Iuran APPKD (kawasan industri), sumbangan keamanan Koramil maupun Polsek, ke Bupati, Kapolres, Dandim, sumbangan hari besar dan hari raya. Menurut Mantan Mennaker Bomere Pasaribu, pungutan tak resmi ini bisa mencapai 40 persen dari total biaya produksi.

Ketiga, upaya menggenjot penerimaan pajak pemerintah dengan menaikkan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) cukup memukul produk elektronika. Saat ini, total pajak yang dikenakan untuk produk elektronika sebesar 32,5 persen, terdiri dari PPnBM 20 persen, PPN 10 persen, PPh dua persen (Kompas, 27/11). Akibatnya, produksi dalam negeri kurang kompetitif, selain membanjirnya barang impor elektronik ilegal. Padahal, dalam konteks footloose industry diperlukan insentif-insentif pajak, yakni semacam tax holiday maupun insentif pajak lain. Selain itu, faktor non-ekonomi seperti tiadanya kepastian hukum, makin tingginya country risk pascatragedi Bali, memperburuk iklim investasi di Indonesia.

Merebut kembali PMA

Sejak krisis ekonomi pertengahan 1997, nilai persetujuan PMA terus menurun. Tahun 2002, persetujuan PMA periode Januari-September menurun 11 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Hingga September 2002, disetujui 780 proyek PMA dengan nilai investasi 5,402 milyar dollar AS. Sementara PMDN menurun tajam, 63 persen, hanya 124 proyek yang disetujui dengan nilai investasi Rp 15.989 trilyun.

Hengkangnya industri elektronik Sony jelas memperburuk iklim berinvestasi di Indonesia. Sebelumnya, dua raksasa industri, Aiwa dan Nike telah menutup pabriknya di Indonesia. Bila persoalan ini tidak segera diantisipasi, tidak tertutup kemungkinan langkah Sony akan diikuti investor lainnya. Bahkan, industri domestik akan menyusul. Relokasi industri asing maupun lokal tentu akan amat berpengaruh terhadap persoalan pengangguran dalam negeri. Tiap tahun diperkirakan ada 2,5 juta pekerja masuk lapangan kerja. Dengan terbatasnya lapangan kerja berati akan menambah angka pengangguran yang kini diperkirakan sudah mencapai 40 juta orang.

Stimulus ekonomi sebesar Rp 15,5 trilyun dalam RAPBN 2003 telah ditetapkan pemerintah. Namun, stimulus ini amat minim bila dilihat dari kompleksitas masalah ekonomi domestik pascatragedi Bali. Ekonomi domestik masih memerlukan investor-investor asing guna menggerakkan sektor riil. Lalu, apa yang bisa dilakukan? Dalam jangka pendek, harus segera memperbaiki iklim investasi. Pemerintah tidak bisa lagi menggunakan UU investasi lama (UU PAM No 1/1967 maupun UU PMDN No 6/1968). Pemerintah harus segera menyelesaikan draf UU investasi baru yang kini masih di tangan Badan Koordinasi Penanaman Modal.


Agus Widarjono MA, Dosen FE UII dan FE Atmajaya, Yogyakarta.

Rabu, 07 November 2007

AWAL KEBANGKRUTAN PANASONIC GROUP di INDONESIA

Sebenarnya gejala2 sudah lama terasa...Mis: untuk PEDIDA= di btm ex SINCOM...sudah lama low production dan karyawan di outsources dg Panasonic Battery Batam, sudah melakukan rasionalisasi tahap II mau tahap III ... apa mungkin battery lbih fokus yg di Jawa...???Untuk PSEC=MKPI juga low prodution dan memberikan scheme retrenchment sukarela...jd mo terima paket pengunduran suka rela silakan ... tetap tinggal juga boleh tapi kerjaan terbatas, tak ada OT lagi, kerja dg normal time...sabtu minggu libur...kaya PNS lah...Saya kira mungkin untuk Divisi Household (MKI), electric (PLI, Battery Bks),Semikon(PSI), optical (PSEC) masih aman...

Info dari : Febrianto, Ali Arifin Roni
PP SPEE FSPMI Bid Infokom
Jl Raya Pondok Gede no 11 Kp Dukuh ,
Jakarta Timur
mengatakan telah (tiga) hari meeting dengan Management PT PMI (Panasonic Manufacturing Indonesia dulunya Nabel gandaria), akan adanya rencana Persahaan merumahkan 250 karyawan PMI terhitung 1 Okt 07.

Info dari panasonic Semiconductor Indonesia Juga merasakan kebijaksanaan effisiensi dan cost buster dari panasonic japan, profit dipatok 10% kalau gak tercapai mau ditutup juga.

Setelah PBB (Panasonic Batery Batam) Batam, MTPDI (Matsuhsita Toshiba Picture Display) , kini Giliran Panasonic PEDIDA tiba,, WHOS THE NEXT?? PLI, PSECI, or....? ada 5


PT.Panasonic Manufacturing Indonesia
Address:
Jl. Raya Bogor Km.29, Gandaria, Jakarta 13710 Indonesia
Tel:
62-21-871-0221~9
Fax:
62-21-871-0851
PT.Panasonic Gobel Battery Indonesia
Address:
Gobel Industrial COMPLEX JL.Teuku Umar KM.44, Cibitung Bekasi 17520, Jawa Barat INDONESIA
Tel:
62-21-8832-4681
Fax:
62-21-8832-5033
PT.Panasonic Shikoku Electronics Indonesia
Address:
Kawasan Industri MM2100 Blok O-1, Cikarang Barat, Bekasi 17520 INDONESIA
Tel:
62-21-898-0005
Fax:
62-21-898-0131
PT.Panasonic Battery Batam
Address:
Lot 275-277 Batamindo Industrial Park Mukakuning Batam INDONESIA
Tel:
62-770-611-908
Fax:
62-770-611-915

PT.Panasonic Lighting Indonesia
Address:
JL.Rembang, Industri Raya 47, Rembang, Pasuruan 67152, INDONESIA
Tel:
62-343-740-230
Fax:
62-343-740-239
PT.Panasonic Electronic Devices Indonesia
Address:
Gobel Industrial Complex Jalan Raya Tanbun KM29, Telaga Asih Cibitung Bekasi, INDONESIA
Tel:
62-21-8832-0601
Fax:
62-21-8832-0604
PT.Panasonic Semiconductor Indonesia
Address:
JL.Toll Jakarta-Cikanpek KM47 Lot No. A1~4 Kaws. Industri Kiic Teluk Jambe Karawang 41361 INDONESIA
Tel:
62-21-890-4214
Fax:
62-21-890-4254
PT.Panasonic Shikoku Electronics Batam
Address:
Lot 209-210 Jalan Beringin, Batamindo Industrial Park Muka Kuning, Batam 29433 INDONESIA
Tel:
62-770-611-496
Fax:
62-770-611-519
PT.Panasonic Electronic Devices Batam
Address:
Puri Industrial Park 2000 Batam Centre, Kelurahan Baloi Permai, Kode Pos 29463 Batam, INDONESIA
Tel:
65-6241-9866
Fax:
65-6448-2107

PT.MT Picture Display Indonesia
Address:
East Jakarta Industrial Park (EJIP) Plot 3G, Lemahabang, Peti Pos EJIP C-26, Bekasi 17550, Jawa Barat, INDONESIA
Tel:
62-21-897-0505
Fax:
62-21-897-0501
PT.Display Devices Indonesia
Address:
East Jakarta Industrial Park (EJIP) Plot 3G, Lemahabang, Peti Pos EJIP C-26, Bekasi 17550, Jawa Barat, INDONESIA
Tel:
62-21-897-6030
Fax:
62-21-897-6040

TUTUPNYA PANASONIC PEDIDA

Penutupan Pabrik
"Beneran ini ditutup ?"tatapan matanya masih tidak percaya. "Yaaa benerrr, emang tadi nggak dengerin" pria berambut ikal disebelahnya menjawab dengan emosi. "Kan model baru masih banyak...kan hari rabu yang lalu kita masih long shift?" "Lha kalau yang punya pabrik bilang tutup, ya tutup !!"
Ruang aula itu menjadi hiruk pikuk, sudah tidak terdengar lagi pidato dari pimpinan perusahaan yang mencoba untuk menenangkan suasana. Karyawan pria berteriak teriak mengacungkan tangan, sementara yang wanita menangis terisak-isak, dan beberapa ada yang pingsan.
Disisi depan beberapa orang ( yang tampaknya dari serikat pekerja ) mengambil alih mikropon... "Kita akan tetap bekerja..Kita akan tetap bekerja. Sudah 13 tahun kita besarkan perusahaan ini, dari satu gedung, hingga sekarang menjadi 4 gedung. Kita sudah cucurkan keringat, teteskan darah untuk perusahaan ini...tidak bisa kalian para kapitalis, dengan seenaknya menutup pabrik. Menutup pabrik itu gampang, itu kerjaan anak kecil. Kalian para kapitalis, harusnya juga berpikir bagaimana agar pabrik ini tetap jalan...kalian pengkhianat..pengkhianat !!"
Suasana makin tidak terkendali, tapi untunglah tidak ada tindakan anarkis yang terjadi. Biarpun emosi para karyawan yang kehilangan mata pencahariannya dua minggu menjelang Lebaran, semakin memuncak.
Keputusan yang benar-benar diluar dugaan para karyawan. Karena sebelum hari jum'at itu, kondisi produksi masih tinggi. Hampir setiap hari karyawan bagian produksi harus kerja lembur untuk memenuhi production plan, bahkan hari rabu, beberapa bagian masih harus long shift.
Si ibu yang baru sadar dari pingsanya menangis tersedu-sedu, di tengah kerumunan teman-temannya "Tolong..pak..bagaimana nasib saya pak. Anak saya tiga, bapaknya sudah tidak kerja. Saya nggak kuat pak...saya mati saja pak..bagaimana sekolah anak saya..Ya Allaahhh..berat benar cobaan-Mu."
Tetes air mata juga berlinang di wajah para pria yang selama ini tegar. Subhanallah..Subhanallah...bisiknya pelan sambil mengusap air mata. Terbayang si kecil di rumah sedang asyik dengan tas sekolahnya, lalu istri tercinta yang perutnya sudah membuncit, hendak menghadirkan putra kedua yang lama dinanti kehadirannya.
Ya Allah...berilah kelapangan kepada hati kami agar dapat menerima cobaan ini
Cikarang, 1 Oktober 2007
Ditulis berdasarkan kisah nyata penutupan PT PEDIDA (Panasonic ) Cibitung pada hari Jum'at 28 Sept 2007