Rabu, 21 November 2007

PT Sharp Electronic Indonesia tidak berencana hengkang dari Indonesia

| 10-11-2007 |

JAKARTA – Keputusan Toshiba dan Panasonic yang menutup pabriknya di Indonesia tak membuat perusahaan elektronik Jepang lainnya, PT Sharp Electronic Indonesia melakukan hal yang sama. Sharp menilai pasar Indonesia masih sangat potensial untuk penjualan produk elektronik. “Kami menganggap Indonesia sangat penting, maka dari itu kami tidak pernah berpikir untuk meninggalkan negeri ini,” ujar Vice President for Sales and marketing, Sadanobu Shindoh dalam launching Information Display Panel, kemarin (9/11).

Menurutnya, penutupan pabrik Toshiba dan Panasonic di Indonesia tidak terkait dengan iklim bisnis di negeri ini, akan tetapi lebih kepada segmen pasar yang telah berubah. Shindoh menilai perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan perbaikan yang signifikan. Kondisi industri manufaktur di Indonesia juga terus menerus mendapat insentif dari pemerintah.

Dari segi pasar, Sharp menilai besarnya jumlah penduduk membuat Indonesia menjadi incaran produsen elektronik dunia. “Masyarakat di dalam negara berkembang membutuhkan banyak perlengkapan elektronik yang sophisticated,” terangnya.

Sementara, mengenai kenaikan harga minyak dunia yang telah menembus USD 96 per barel, Shindoh mengaku hal itu sangat berpengaruh dalam industri manufaktur. Namun begitu, dalam produksi Sharp kenaikan itu pengaruhnya kecil, hanya membebani biaya distribusi. Ia mengaku Sharp tidak akan menaikkan harga produk karena hal itu. “Produk-produk Korea seperti Samsung dan LG harganya sangat murah, jadi kita harus bisa bersaing dalam segi harga,” tandasnya.

Dua pabrik milik anak perusahaan Matsushita di Indonesia, yaitu, PT Panasonic Electronic Devices Indonesia (PEDIDA) dan PT Matshushita Toshiba Pictures Devices Indonesia akan merelokasikan pabriknya ke Jepang. Kedua pabrik yang memproduksi komponen elektronik untuk televisi itu akan menutup pabrik tabung televisi di Cibitung dan Cikarang, Jawa Barat karena teknologi pabrik komponen itu dianggap sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.(jpnn)

Tidak ada komentar: